Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Singkat Sunan Kalijaga (Raden Said) Lokajaya, Murid Sunan Bonang

Wali Songo
Raden Said
Sunan Kalijaga

    Tuban merupakan kadipaten yang bersaulat dengan majapahit,Ketika itu yang menjadi adipati Tuban adalah Tumenggung Wilwatikta, yang sudah beragama Islam. Tumenggung Wilwatikta dikenal sebagai muslim yang taat, tak heran jika ia mendidik putra dan putrinya yaitu Raden Said dan Dewi Rasa Wulan dengan akhlak mulia. Karena Raden Said dan Dewi Rasa Wulan tidak pernah keluar istana, jadi Tumenggung memanggil guru untuk mengajari putra-putrinya di istana.

    Suatu ketika daerah ruban mengalami panceklik petani yang sawahnya mengandalakan hujan untuk di airi pada saat itu kering karena jarang sekali tuurun hujan, nelayan yang pun takut untuk melaut karena angin dari timur menghembus dengan kuat sehingga banyak gelombang tinggi. kondisi ini membuat adipati tuban merasa bingung, karena selain kondisi alam yang kurang baik membuat hasil panen dari petani dan nelayan berkurang, Majapahit yang terus miminta upeti kepada kadipaten Tuban.

    Sementara itu Raden Said yang sudah berusia remaja merasa jenuh hidup dalam istana dan ingin merasakan kehidupan diluar kadipaten, ia kemudia suka keluar kadipaten dan bergaul dengan orang-orang miskin sekitar kadipaten, melihat itu Raden Said sempat mengelus dada melihat keadaan rakyat Tuban yang menyedihkan, itu semua dikarenakan pegawai kadipaten yang siuka merampas simpanan bahan makan rakyat Tuban dengan alasan bayar pajak.

    Setelah mengetahui secara langsung kondisi rakyat Tuban, Raden Said pun segera melapor kepada ayahanda nya, dilemapun diarasakan oleh ayahanda Raden Said karena satu sisi kadipatenharus bayar pajak atau upeti kepada Majapahit disisi lain kondisi rakyatnya sedang kesusahan. Raden Said pun bertekad membantu rakyat Tuban, ia memahami ayahnya hanya seorang adipati bawahan raja, tak mungkin adipati melawan perintah raja.

    Kebiasaan Raden Said slepas solay magrib iya belajar agama sampai waktu Isya, setelah solat Isya raden Said kemudina membaca ayat-ayat suci Alquraan, kebiasaan seperti itu tiba-tiba menghilang karena selepas solat Isya Raden Said bersiap untuk masuk ke gudang istana kadipaten dengan tujuan mengambil bahan makanan yang tersimpan disana. Penjagaan yang begitu ketat tidak membuat Raden Said munndur, berhubung ia memilki aji sirep begandana salah satu ilmu jika ada yang terkena sirep itu maka akan tertidur pulas, ia pun menggunankan ajian tersebut demi bisa masuk kedalam gudang dan mengambil sebagian bahan makanan yang ada.

    Setelah Raden Said berhasil mengambil bahan makanan digudang istana kadipaten tersebut, ia pun segera mencari rumah warga Tuban yang kurang mampu dan menaruh bahan makanan tersebut didepan pintu, sontak setiap warga yang tebangun dari tidur dipagi hari dan membuka pintu rumah langsung bahagia karena ada bahan makanan didepan rumahmereka. Demikian kebiasaan Raden Said pada malam hari.

Difitnah sebagai Brandal Lokajaya

     Alkisah di Tuban ada sebuah jalan yang menghubungkan Tuban dan Blora sebaagai pusat perdagangan masa itu, berhubung akses ke Blora hanya ada satu ada segerombolan orang yang menjadi brandal, setiap ada orang yang melewati jalan tersebut akan dihabisi nyawanya, oang-orang tersebut adalah sekelompok orang yang inigin menjatuhkan kadipaten Tuban dengan cara membuat Tuban itu daerah yang tidak aman.

    Setiap orang yang menjadi korbannya pelaku tersebut selalu mengaku bahwa ia adalah Raden Said putra adipati Tuban, mendengar hal itu banyak rakyat Tuban kini merasa takut dan ingin sang Adipati menghukum anaknya. Fitnahan itu pun berhasil membuat Raden Said angkat kaki dari istana kadipaten, iapun akan balasa dendam kepada orang-orang yang telah menjadi brandal dan memfutnahnya.

    Hati yang emosi membuat Raden Said menuju hutan yang menjadi akses Tuban ke Blora dan dikenal banyak brandal dalam hutan tersebut, sesampainya raden Said didalam hutan ia dihadang segerombolan orang dan ketua dari grombolan tersebut mengaku dia adalah Raden Said Putra aipati Tuban, mendengar namanya disebut Raden Said yakin bahwa orang itu yang telah memfitnahnya, pertempuranpun terjadi dan Raden Said mampu menghabisi orang itu serta anakbuahnya kini tunduk kepada Raden Said.

    Walaupun ia sudah menghabisi orang yang telah memfitnanhnya Raden Said tidak mau kelur hutan, ia memilih hidup dihutan dan menjadi brandal lokajaya, yang menjadi sasarannya adalah orang kaya ataupun pegawai dari kadipaten yang sombong dan semena-mena kepada rakyatnya. Raden Said hanya merampas hartanya sedangkan korban dibiarkan lepas. dan harta hasil rampasan tersebut diberikan ke rakyat Tuban yang kurang mampu oleh Raden Said.

Menjadi Murid Sunan Bonang

    Suatu ketika Sunan bonang berjalan menuju Ampel dan melalui hutan yang terkenal ada berandal lokajaya, segerombolan perampok yang kejam dan tidak basa-basi untuk membunuh korban, mendengar isu tersebut Sunan bonang tidak goyah belaiu tetap akan melewati hutan belantara yang terkenal bahaya untuk menuju ampel denta.

    Belum lama sunan Bonang berjalan di hutan belantara, tiba-tiba ia dihadang oleh seorang pemuda yang terkenal dengan sebutan brandal lokajaya dan menginnginkan tongkat berkepalkan emas yang milik sunan Bonang, Sunan bonang pun menunjukan pemuda itu ke arah pohom aren, tiba-tiba buah pohon aren pun menjadi emas, seketika pemuda itu menjatuhkan diri dan bersimpuh di kaki sunan Bonang.

    Setelah sunan Bonang bertanya imengenai identitas pemuda yang dikenal sebagia brandal sukajaya itu ternyata pemuda itu bernama Raden daid anak bupati Tuban. Sunan bonang keherananan kenapa raden said bisa melakukan perbuatan itu, raden said pun menjelaskan, Raden Said pun menjelaskan sebab dia melakukan kejahatan itu.

    Sunan bonang kemudian menasihati raden said agar berhenti dari perbuatan jahat yang telah dilakukaannya, Raden said pun menurutinya dan ingin menjadi murid dari sunan bonang, kemudian sunan bonang pun memberikan persyaratan kepada raden syaid jika ingin diterima menjadi muridnya, syaratnya ialah menunggu atau menjaga tongkat sunan bonang yang ditancapkan di tepi sungai.

    Tiga tahun berlalu Sunan bonang kembali ke tempat raden said yang sedang menjaganya. sesampainya disana Raden said ditemukan dalam kondisi masih menunggu atau menjaga tongkat sunan bonang dengan posisi bersila dan rambut serta jenggot yang sudah lebat. setelah itu sunan bonang meneriakan suara adzan ditelinga Raden Said perlaha-lahan mmbuka matanya dan menggerakan anggota tubuh yang lainnya.

    Setelah sadar dari tidur gaibnya Raden Said diminta untuk membersihkan badan dari kotoran yang menempel. setelah besih kemudian Raden Said diberikan nama baru oleh Sunan bonan, nama barunya adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga merupakan salah satu wali yang berusia muda dari wali sebelumnya akan tetapi ilmu agama yang ia miliki sangatlah tinggi, Perjuangan dalam menyebarkan Islam di pulau jawa sangatlah berarti.